Indonesia Tertinggal dari India dan Australia dalam Ekosistem Startup

Startupku – Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan potensi ekonomi digital yang besar, tampaknya harus bekerja lebih keras dalam membangun ekosistem startup yang kompetitif. Data terbaru Desember 2024 menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Australia dan bahkan India, yang kini telah menjadi salah satu pusat startup dunia.

Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan penetrasi internet yang terus meningkat, seharusnya Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu pemain utama di dunia startup global. Namun, mengapa jumlah startup di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain? Artikel ini akan mengulas fakta, penyebab, serta potensi solusi yang bisa diterapkan untuk memperbaiki situasi ini.


1. Jumlah Startup RI vs. Negara Tetangga

Menurut laporan dari StartupBlink, sebuah platform pemeringkat ekosistem startup global, jumlah startup di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia-Pasifik. Hingga Desember 2024, jumlah startup di Indonesia tercatat sekitar 2.200 perusahaan, sementara Australia memiliki lebih dari 3.000 startup, dan India mencapai angka fantastis lebih dari 25.000 startup.

India, misalnya, telah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan startup tercepat di dunia, menghasilkan unicorn (startup dengan valuasi lebih dari $1 miliar) secara konsisten setiap tahun. Bahkan negara dengan populasi yang lebih kecil seperti Australia mampu menciptakan ekosistem yang dinamis dan mendukung pertumbuhan startup berbasis teknologi.

Sementara itu, Indonesia, meski memiliki unicorn seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka, masih tertinggal dalam hal jumlah startup aktif yang berkontribusi terhadap inovasi teknologi dan ekonomi digital.


2. Faktor Penyebab RI Tertinggal

Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab Indonesia tertinggal dalam hal jumlah startup jika dibandingkan dengan negara seperti India dan Australia. Berikut adalah beberapa di antaranya:

a. Kurangnya Akses Pendanaan

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi startup di Indonesia adalah akses pendanaan. Meski ada peningkatan investasi dalam beberapa tahun terakhir, jumlah venture capital (VC) dan angel investor di Indonesia masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

India, misalnya, memiliki banyak program pemerintah yang mendukung pendanaan awal (seed funding) dan akselerator startup yang secara aktif mencari talenta baru. Sementara itu, di Australia, ekosistem investasi yang matang membuat startup lebih mudah untuk mendapatkan dukungan finansial di berbagai tahap pertumbuhan.

b. Ekosistem Startup yang Belum Solid

Ekosistem startup di Indonesia masih tergolong muda. Meskipun sudah ada kota-kota seperti Jakarta dan Bandung yang mulai membangun komunitas startup, infrastruktur penunjang seperti coworking space, inkubator, dan akselerator startup masih terbatas.

Sebaliknya, Australia dan India memiliki ekosistem yang lebih mapan dengan dukungan dari universitas, perusahaan teknologi besar, dan pemerintah. Kota-kota seperti Bengaluru di India atau Sydney di Australia menjadi pusat inovasi yang mendukung kolaborasi antara berbagai pihak.

c. Kurangnya SDM Teknologi yang Berkualitas

Masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah kekurangan tenaga kerja di bidang teknologi. Meski jumlah lulusan perguruan tinggi terus meningkat, tidak semua memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri teknologi dan startup.

India, di sisi lain, memiliki keunggulan besar dengan banyaknya lulusan teknologi yang kompeten, berkat sistem pendidikan yang mendukung bidang seperti rekayasa perangkat lunak, kecerdasan buatan, dan pengembangan aplikasi.

d. Kurangnya Dukungan Kebijakan Pemerintah

Dibandingkan dengan India yang memiliki program seperti Startup India Initiative, pemerintah Indonesia masih perlu memperkuat kebijakan dan insentif untuk mendukung pertumbuhan startup. Kebijakan seperti pengurangan pajak, kemudahan perizinan, dan dukungan riset dan pengembangan masih kurang optimal di Indonesia.


3. Apa yang Bisa Dipelajari dari India dan Australia?

Untuk mengejar ketertinggalan, Indonesia dapat belajar banyak dari ekosistem startup di India dan Australia. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Meningkatkan Pendanaan Awal (Seed Funding): Pemerintah dan sektor swasta di Indonesia perlu lebih aktif mendukung startup tahap awal, baik melalui program pendanaan, kompetisi startup, atau kolaborasi dengan venture capital.
  • Membangun Ekosistem yang Terintegrasi: Mengembangkan lebih banyak coworking space, akselerator, dan inkubator di kota-kota besar maupun kota tier-2 untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi.
  • Meningkatkan Kualitas Pendidikan Teknologi: Indonesia harus fokus pada pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri teknologi, serta mendorong kerja sama antara universitas dan startup.
  • Memberikan Insentif Pajak untuk Startup: Pemerintah dapat memberikan keringanan pajak bagi startup baru dan perusahaan yang berinvestasi dalam riset dan pengembangan.

4. Peluang Indonesia untuk Bangkit

Meski tertinggal dalam hal jumlah startup, Indonesia memiliki potensi besar untuk bangkit dan menjadi salah satu pemain utama di dunia startup global. Berikut adalah beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan:

  • Populasi Digital yang Besar: Dengan lebih dari 210 juta pengguna internet, Indonesia memiliki pasar digital yang sangat potensial untuk pengembangan startup, terutama di sektor e-commerce, fintech, dan edutech.
  • Pertumbuhan Ekonomi Digital: Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai US$ 130 miliar pada 2025, membuka peluang besar bagi startup untuk berkembang.
  • Dukungan Unicorn Lokal: Kehadiran unicorn seperti Gojek dan Bukalapak dapat menjadi inspirasi sekaligus mentor bagi startup baru di Indonesia.

5. Kesimpulan

Meski saat ini Indonesia masih tertinggal dari negara seperti India dan Australia dalam jumlah startup, potensi untuk mengejar ketertinggalan masih sangat besar. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, peningkatan akses pendanaan, serta pengembangan ekosistem yang lebih baik, Indonesia dapat menjadi salah satu pusat startup terkemuka di kawasan Asia Tenggara.

Tantangan memang ada, tetapi dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas startup, Indonesia bisa menciptakan ekosistem yang kompetitif dan inovatif. Kini, saatnya Indonesia bergerak lebih cepat untuk membangun masa depan ekonomi digital yang kuat dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *